Monday, December 19, 2011

Mou dan AVB Tak Lagi Seharmonis Dulu

Ancaman itu keras sekali. Jose Mourinho berjanji akan mencari orang lain untuk menggantikan Jorge Mendes sebagai perwakilan bisnisnya. “Bilang sama Andre, tidak akan pernah ada itu,” kira-kira begitu ucapan Mou pada Mendes. Kalau tidak bisa, Mendes akan dipecat.

Mourinho memang sedang kesal luar biasa. Sebabnya adalah sang juniornya, Andre Villas-Boas, yang ingin meminang Gonzalo Higuain untuk dimasukkan ke dalam skuadnya di Chelsea. Meski ditawar dengan harga selangit, hampir 30 juta poundsterling, tapi kata Mou, pemain asal Pelmerias itu akan tetap bermain di Madrid.

AndreVillas-Boas melirik Hugain karena pemain Argentina itu lebih banyak mondok di bangku cadangan. Sering kali dalam banyak pertandingan, dia hanya bisa menanti Karim Benzema ditarik keluar. Namun, bisa saja, dia terus-terusan berjaket saja.

Chelsea sendiri kekurangan striker. Anelka sudah sayonara untuk bermain di China. Didier Drogba, memang belum pergi, namun Januari ini dia dipastikan akan memperkuat negerinya Pantai Gading di ajang Piala Afrika.

FernandoTorres? Sepertinya dia masih dibekap sindroma rambut Samson, masih juga mandul. Pilihan yang paling mungkin: Gonzalo Higuain. Kontan rencana itu menyulut emosi Mou.

Lebih dari sekadar marah, rupanya. Keputusan AVB ingin menggaet Higuain itu, membuat Mou tidak lagi menaruh hormat pada bekas asistennya di Stamford Bridge, saat menangani klub Chelsea.

Saat itu, AVB salah satu tangan kanan Mou yang menyuplai berbagai informasi tentang kekuatan lawannya. Salah satu bentuk laporannya yang terkenal adalah rekaman video pertandingan musuh yang dikemas dalam cakram DVD.  Itu sebabnya, AVB dikenal juga dengan panggilan DVD Boy.

Setelah dipecat dari Chelsea, Mou dan AVB pun berpisah. Dalam perjalanan itu keduanya beroleh sukses. Mou berhasil membawa Inter Milan menjadi juara Liga Champions sedangkan setahun berikutnya, AVB yang menangani Porto berhasil memenangi Liga Eropa. Buah sukses itulah yang membuat keduanya kini harus berselisih. AVB berusaha menggaet salah satu anak buah Mou.

Namun ternyata, kebencian Mou pada AVB  bukan sekali ini saja. Sebelumnya, saat menangani Porto yang dilanjutkan dengan sukses mendarat di Stamford Bridge, AVB dianggap telah meniru gaya pelatihan Mourinho.

Dan, yang membuatnya lebih berang lagi, AVB sama sekali tidak pernah menyebut dia sebagai salah satu orang yang mempengaruhinya. Bahkan dalam buku biografinya: Villas-Boas: Special Too, Andre malah mengaku sebagai titisan Sir Bobby Robson, sebagai gurunya. Dia juga menyatakan dirinya sebagai The Ugly One. Seolah tengah meledek Mou yang terkenal dengan kata-kata, “I’m The Special One.”

Menurut penulis buku biografinya, ucapan AVB itu merupakan salah satu cara AVB untuk memulai menjaga jarak dengan bekas mentornya. “Hubungan mereka sudah tidak harmonis lagi saat Andre tiba di Porto,” kata Luis Miguel Pereira dan Jaime Pinto.

Lebih jauh Periera mengatakan sesungguhnya sudah tidak ada hubungan lagi di antara mereka. “Saya kira, Jose tidak menyukai bila Andre berkiprah di lapang pekerjaan yang sama. Namun Andre adalah orang yang ambisius. Itu problemnya.”
Kalau sudah begini, ancaman Mou agaknya tidak berarti lagi buat AVB. Bila Higuain dianggap tepat, apa pun akan dilakukannya, termasuk bersaing dengan PSG yang juga menginginkannya juga melanjutkan perseteruannya dengan Mou, bekas seniornya.

No comments:

Post a Comment